Rebana Budak Hitam

Suatu siang, Rasulullah sedang beristirahat. Peperangan yang baru saja terjadi ternyata telah menguras habis tenaga Rasulullah.

Tiba-tiba datanglah seorang budak wanita hitam kepada Rasulullah yang tengah beristirahat.

Budak itu pun segera memberitahu alasan kedatangannya. Dia berkata ”Wahai Rasulullah! Saya telah bernazar kepada Allah, Apabila Allah mengembalikan Anda dalam keadaan selamat maka iya akan bermain rebana dan mendendangkan syair di hadapan Anda.”

Rasulullah tersenyum mendengarkan penuturan budak hitam itu. Rasulullah bersabda ”Apabila kau telah bernazar maka lakukanlah. Apabila tidak, maka tidak usah.”

Budak hitam itu segera mengambil rebana yang sudah dia persiapkan sejak tadi dan memulai memainkannya. Suara pukulan rebana terdengar bertalu-talu merangkai sebuah irama yang sangat indah. Untaian sajak syair ia dendangkan dengan merdu.

Tiba-tiba datanglah Abu Bakar dan duduk di samping Rasulullah. Tapi budak itu tetap menabuh rebana.

Tak lama, datanglah Ali bin Abi Thalib dan duduk di samping Rasulullah. Tapi budak itu tetap menabuh rebana dan mendendang­kan syairnya dengan masyuk.

Sekejap kemudian, datanglah Utsman bin Affan dan duduk di samping Rasulullah. Budak itu tetap menabuh rebana dan bersyair.

Tidak berselang lama, datanglah Umar bin Khattab. Melihat siapa yang datang, budak hitam itu terkejut dan menaruh rebana di atas tanah dan mendudukinya.

Rasulullah tersenyum melihat budak hitam yang ketakutan saat melihat Umar. Beliau bersabda, ”Wahai Umar! Sungguh setan takut kepadamu. Aku duduk, perempuan itu terus memukul rebananya. Saat Abu Bakar datang dia terus memukul rebana. Lalu, datanglah Ali dan dia terus memukul rebana. Datanglah Utsman tapi dia terus memukul rebana. Saat kau datang wahai Umar, budak itu langsung melempar rebananya.”