Kisah Penduduk Homs yang Mengadukan Gubernurnya
Khalid ibn Ma’dan menceritakan; Umar bin Al-Khathab menugaskan Said ibn Amir bin Judzaim sebagai gubernur Homs. Ketika Umar datang ke Homs, dia bertanya kepada penduduknya, “Hai penduduk Homs, bagaimana kalian dapati gubernur kalian?” Mereka pun menyampaikan keluhan mereka terhadapnya. Ada yang mengatakan, penduduk Homs adalah Kufah Kecil. Karena kebiasaan mereka yang mengeluhkan gubernur mereka sebagaimana kebiasaan penduduk Kufah.
Mereka berkata, “Kami mengadukan empat hal tentang gubernur. Dia tidak keluar rumah untuk mengurus kami hingga siang beranjak naik.”
Umar berkata, “Saya nilai perbuatan itu sangat melanggar peraturan. Kemudian apa lagi?”
Mereka berkata, “Dia tidak mau menemui siapa saja di malam hari.” Umar berkata, “Perbuatan itu sangat salah. Kemudian apa lagi?”
Mereka berkata, “Sehari dalam sebulan, dia sama sekali tidak keluar dari rumah untuk menemui kami”
Umar berkata, “Perbuatannya salah. Kemudian apa lagi?”
Mereka berkata, “Dia terkadang bertindak seperti orang mati, pada suatu waktu.”
Umar kemudian mengumpulkan antara mereka dengan gubernurnya. Kemudian dia mengucap, “Ya Allah, janganlah Engkau kecewakan diriku tentang gubernur yang saya angkat ini, pada hari Ini ” Dan Umar berkata kepada penduduk Horm, “Sekarang saya pinta kailan memaparkan keluhan kaitan tentang gubernur kaitan, satu persatu.”
Mereka berkata, “Dia tidak keluar menemui kami hingga siang beranjak naik.”
Gubernur menjawab, “Demi Allah, sebetulnya saya enggan menceritakan masalah ini. Tapi baiklah, saya tidak bisa segera keluar rumah, karena saya tidak memiliki pembantu di rumahku. Sehingga di pagi hari saya harus membuat adonan roti terlebih dahulu, kemudian saya duduk menunggu hingga adonan tersebut telah siap dimasak. Berikutnya saya membuat roti dari adonan itu. Setelah itu saya mengambil air wudhu. Baru setelahnya saya keluar menemui masyarakat.”
Umar berkata, “Apa keluhan kalian lainnya?”
Mereka berkata, “Dia tidak mau menemui siapa pun di malam hari.”
Umar berkata, “Gubernur, apa jawabanmu terhadap perkataan mereka?”
Gubernur menjawab, “Saya sebetulnya enggan berkata terus terang. Tapi baiklah, hal itu saya lakukan karena saya menjadikan siang hariku untuk mengurus kepentingan rakyat. Sementara malam hari saya khususkan untuk urusanku dengan Allah”
“Apa lagi yang kalian keluhkan tentang dirinya?”
“Sehari dalam sebulan dia tidak mau keluar menemui kami”
“Gubernur, apa jawabanmu tentang keluhan mereka itu?”
Dia menjawab, “Saya tidak mempunyai pembantu yang mencuci baju-bajuku, Saya pun tidak mempunyai baju pengganti. Sehingga ketika saya mencuci bajuku, saya harus duduk menunggu hingga baju itu kering. Kemudian setelah kering, saya rapikan bajuku, baru kemudian saya keluar menemui mereka di penghujung hari”
Umar berkata, “Apa keluhan kalian lainnya?”
“Dia terkadang bertindak seperti orang mati.”
Umar bertanya kepada gubernurnya, “Apa jawabanmu terhadap keluhan mereka itu?”
Gubernur menjawab, “Saya menyaksikan kematian Khubaib Al Anshari di Makkah. Saat itu orang-orang Quratsy mengerat erat daging tubuh Khubaib. Dan selanjutnya mereka menggotongnya di atas sebatang pohon. Kemudian mereka bertanya kepadanya, “Apakah engkau mau jika Muhammad menggantikan tempatmu di sini?” Khubaib menjawab, “Demi Allah, saya tidak senang berada di tengah keluarga dan anak-anakku, sementara Muhammad disiksa dengan duri.” Kemudian Khubaib berseru, “Wahai Muhammad”
Gubernur meneruskan, “Setiap kali saya mengingat peristiwa itu, dan tindakanku yang tidak membelanya pada saat itu, dan kondisiku yang masih musyrik dan tidak beriman kepada Allah Yang Maha Agung, niscaya saya menyangka bahwa Allah tidak akan pernah mengampuniku selamanya atas dosaku itu. Karena itu, saya langsung terkapar pingsan seperti orang mati.”
Umar berkata, “Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang tidak mengecewakan diriku dan firasatku tentang gubernur yang saya pilih ini.” Selanjutnya Umar mengirim seribu dinar, dan berkata, “Gunakanlah uang itu untuk membantu kebutuhanmu.”
Istri gubernur itu berkata kepadanya, “Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah mencukupi kami dari melayanimu.”
Gubernur berkata kepada istrinya, “Apakah ada kebaikan bagimu dari hal itu? Setujukah jika kita berikan uang itu kepada orang yang lebih memerlukan uang dibandingkan kita?”
Istrinya menjawab, “Saya setuju.”
Gubernur kemudian memanggil seorang dari keluarganya, yang dia percaya. Selanjutnya dia membagi-bagi uang itu ke dalam kantung-kantung tersendiri. Dan dia memerintahkannya untuk pergi ke janda dari keluarga fulan, dan yatim dari keluarga fulan, kepada orang miskin dari keluarga fulan, kepada orang yang sedang tertimpa musibah dari keluarga fulan, agar dia memberikan kantong-kantong uang itu kepada mereka masing-masing. Setelah itu tersisa beberapa dinar, dan dia pun berkata kepada istrinya, “Gunakan uang ini.” Dan dia kembali meneruskan pekerjaannya.
Istrinya berkata, “Apakah tidak sebaiknya engkau membeli hamba sahaya bagi kita, dengan uang itu? Apa gunanya uang itu?”
Dia menjawab, “Akan datang kepadamu orang yang lebih memerlukan dari keperluanmu terhadap hamba sahaya itu.”