Misteri Sungai Nil
Beberapa laki-laki tengah memandangi tenangnya arus sungai Nil. Muka mereka begitu kusut, ada sebuah kecemasan Nampak dari wajah mereka. Ya, aliran sungai Nil yang begitu tenang itulah yang menyebabkan mereka begitu cemas dan gusar. Karena di balik keindahannya itu ternyata sungai Nil menyimpan sebuah misteri.
Beberapa laki-laki yang merupakan tetua-tetua suku Qibti itu segera menghitung bulan bangsa Qibti. Ternyata benar dugaan mereka, bulan ini telah memasuki bulan Ba’unah. Pantas saja aliran sungai Nil berbeda dari biasanya.
Tetua-tetua suku Qibti itu segera pergi melaporkan hal ini kepada pemimpin Mesir yang baru; Amr bin Ash.
Saat tiba di hadapan Amr bin Ash, salah seorang dari mereka maju dan berkata, “Wahai tuan Gubernur! Sesungguhnya sungai Nil kami ini mempunyai suatu adat. Sungai Nil tidak akan pernah mengalir kecuali dengan adat itu.”
Amr bin Ash terkejut, dia pun bertanya” Apa itu?”
Laki-laki itu menelan air liurnya dan memulai cerita misteri Sungai Nil. ”Saat masuk malam ke 12 dari bulan ini, kami harus mencari seorang gadis perawan. Lalu kami mengambil gadis itu dari kedua orang tuanya secara paksa atau suka rela. Setelah itu, kami memakaikan segala perhiasan dan pakaian yang terbaik. Puncaknya, kami menenggelamkan gadis itu di tengah sungai Nil.”
“Ini suatu tradisi yang tidak ada dalam Islam, karena Islam menghancurkan perkara batil sebelumnya.” Tolak Amr bin Ash.
Karena tidak mendapatkan hasil yang memuaskan, mereka pun undur diri dan kembali ke Desa asal mereka dan menceritakan hasil pertemuan itu ke seluruh tetua Desa.
Waktu berlalu begitu cepat. Tak terasa 3 bulan berlalu semenjak pertemuan Amr bin Ash dengan beberapa tetua Qibti itu. Sungai Nil pun menampakkan pemandangan yang ganjil. Aliran airnya tidak sedikit dan juga tidak banyak.
Penduduk Mesir sangat gelisah melihat hal itu. Hal yang selama ini mereka takutkan ternyata terjadi. Mereka pun memutuskan untuk segera mengungsi karena seluruh roda ekonomi mereka bertumpu pada Sungai Nil.
Berita itu ternyata sampai ke telinga Amr bin Ash, dia pun segera melihat langsung Sungai Nil. Amr bin Ash begitu terkejut melihat pemandangan aneh ini. Selama ini yang dia tahu sungai Nil adalah sungai terindah dengan aliran sungai yang tak pernah habis.
Dia segera kembali ke rumahnya dan mengirim surat kepada Khalifah Umar. Dalam suratnya dia mengabarkan seluruh kejadian yang tengah berlangsung termasuk percakapannya dengan beberapa tetua Qibti.
Tak berselang lama, surat itu telah sampai ke Khalifah Umar. Khalifah Umar membaca surat itu dengan cermat.
“Apa yang kau lakukan itu benar, wahai Amr! Karena Islam menghancurkan perkara batil sebelumnya.” Gumam Khalifah Umar begitu selesai membaca surat Amr bin Ash.
Khalifah Umar segera membalas surat Amr. Dan segera mengirimkannya ke Amr bin Ash yang berada di Mesir.
Kekeringan yang diakibatkan sungai Nil telah mencapai puncaknya. Lahan pertanian, kebun-kebun, taman-taman semua mengering. Seluruh sumber kehidupan penduduk Mesir telah terhenti total. Oleh sebab itu mereka sudah tidak sanggup lagi untuk bertahan. Mereka pun berencana akan mengungsi esok hari.
Tepat pada saat itu, surat Khalifah Umar telah sampai di tangan Amr bin Ash. Dia segera membuka surat itu dan di dalamnya ternyata ada sebuah kertas. Dia pun segera membaca surat itu.
“Wahai Amr, aku mengirimkan sebuah surat kepadamu dengan kertas yang berada di dalam suratku itu. Apabila suratku telah sampai kepadamu, lemparkan kertas itu ke Sungai Nil. ”
Karena penasaran Amr bin Ash membaca kertas yang ada di dalam suratnya itu.
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
Dari hamba Allah Umar bin Khattab, Amirul mukminin untuk Sungai Nil Mesir.
Amma ba du. Apabila kau itu adalah makhluk yang tidak mempunyai bahaya dan manfaat. Dan kau mengalir atas dasar dirimu dan keinginanmu sendiri maka putuslah-aliran Sungai-mu, kami tidak ada kebutuhan sama sekali denganmu. Tapi apabila kau mengalir atas upaya dan kekuatan Allah, maka mengalirlah seperti semula.
Setelah membaca kertas itu Amr bin Ash menggulung surat itu
dan langsung berangkat ke hulu Sungai Nil. Begitu sampai di hulu dia mengambil kertas dari Khalifah Umar dan langsung melemparkannya ke dalam hulu Sungai Nil dan bergegas meninggalkan tempat itu.
Malam harinya, saat penduduk mesir tertidur lelap, sungai Nil menampakkan hal ganjil. Aliran air yang semula surut tiba-tiba menjadi begitu besar seperti sedia kala.
Keesokan harinya, melihat hal itu penduduk Mesir sangat gembira. Beberapa dari mereka yang telah memeluk Agama Islam segera sujud menghaturkan syukur kepada Allah atas karunia ini.
Maka semenjak saat itu, tradisi pengorbanan perawan untuk Sungai Nil sirna berkat Amirul Mukminin Umar Al-Faruq.