Kisah Turunnya Al Quran (Nuzulul Quran)
Al Quran diturunkan oleh Allah SWT melalui Malaikat Jibril kepada Muhammad SAW di Gua Hira, Mekkah, Arab Saudi. Setelah itu Al Quran turun berangsur-angsur selama kurang lebih 23 tahun. Sebagian meriwayatkan Al Quran turun selama 22 tahun 2 bulan 22 hari. Selama itu, Al Quran difirmankan Allah kepada Muhammad sebanyak 30 juz atau 114 surat atau sekitar 6666 ayat. Al Quran turun di dua tempat, yaitu di Mekkah (yang kemudian ayatnya disebut Makkiyah) dan Madinah (disebut ayat Madaniyah).
Turunnya firman Allah yang pertama sekaligus menandai diangkatnya Muhammad menjadi seorang nabi. Kala itu, Nabi Muhammad terbujur kaku melihat Jibril yang diriwayatkan memiliki sayap yang terbentang dari ufuk Barat hingga ufuk Timur. Pertemuan antara keduanya menghasilkan dialog singkat yang sempat tidak dipahami oleh Nabi Muhammad.
1. Nabi Muhammad sering mengasingkan diri ke Gua Hira
Hidup sebagai yatim-piatu, putra dari pasangan Abdullah dan Aminah ini tinggal bersama pamannya Abu Thalib. Sejak usianya dini, Muhammad dikenal sebagai pribadi yang jujur. Ketulusan hatinya dan keuletannya dalam berdagang menaklukkan hati Khadijah. Alhasil, janda kaya berusia 40 tahun itu meminang Muhammad yang saat itu berusia 25 tahun.
Muhammad tinggal di Mekkah, salah satu kota perdagangan terbesar di Arab Saudi. Dilansir dari buku Rekonstruksi Sejarah Al Quran karya Taufik Adnan Amal, Mekkah pada masa itu dinaungi oleh kebodohan dan kegelapan. Perdagangan manusia, kebiasaan menghamburkan uang, penyembahan terhadap berhala, hingga bayi perempuan dikubur hidup-hidup menjadi pemandangan yang lumrah di Mekkah.
Muhammad merasa janggal dengan hal seperti itu. Akhirnya, dia kerap menyisihkan hari-harinya untuk berdiam diri di Gua Hira yang terletak di Utara kota Mekkah. Di dalam gua itu, Muhammad merenungi berbagai masalah penciptaan alam semesta, perihal Tuhan, dan kehidupan penduduk Arab yang tidak bermoral. Hingga satu hari, kehidupan Muhammad berubah saat Jibril mendatanginya. Taufik mengatakan, malam itu renungan Muhammad mencapai ufuk tertinggi.
Melihat pemandangan yang tidak biasa, dalam keadaan terburu-buru Muhammad segera berlari pulang. Berkeringat, menggigil, ketakutan adalah emosi yang dirasakan Muhammad saat dia menceritakan pengalamannya kepada Khadijah. Sebagai seorang Istri, Khadijah memberikan dukungan kepada suaminya. Taufik menulis, “Khadijah menenangkannya dengan menegaskan kesejatian pengalaman penerimaan wahyu tersebut, karena Muhammad adalah orang baik yang tidak mungkin dirasuki ruh jahat,”.
2. Muhammad sempat tidak mengerti pesan yang disampaikan Jibril
Nabi Muhammad dikenal sebagai pribadi yang tidak bisa membaca atau menulis, dalam bahasa Arab disebut ummi. Sedangkan, wahyu pertama yang turun kepada Muhammad adalah surat Al ‘Alaq 1-5. Yang mana, ayat pertama pada surat tersebut berisikan perintah untuk membaca.
Ketika Jibril membacakan ayat pertama yang berbunyi iqra' (bacalah!), Muhammad selalu mengatakan maa ana bi qari' (saya tidak bisa membaca).
Jibril kemudian mendekap Muhammad hingga merasa sesak nafas. Setelah Jibril melepaskan dekapannya, ia kembali menyerukan kata-kata iqra dan jawaban yang sama turut dijawab oleh Muhammad. Hingga, untuk yang ketiga kalinya, Jibril membacakan surat Al ‘Alaq ayat 1-5.
Sejak saat itu, Muhammad resmi menjadi Nabi dan memiliki tugas untuk mensyiarkan ajaran Islam sebagaimana nabi-nabi sebelumnya.
3. Ragam bentuk Nabi Muhammad menerima wahyu
Jika merujuk kepada hadis yang diriwayatkan oleh Aisyah, Nabi Muhammad menerima firman dari Allah dengan berbagai bentuk. Bentuk yang pertama, Nabi Muhammad seolah mendengar suara gemerincing lonceng. Bentuk pertama ini dianggap Muhammad sebagai cara yang paling berat. Setelah lonceng itu berhenti, seketika Muhammad memahami apa maksud dari suara tersebut.
Bentuk kedua, Jibril datang menyerupai laki-laki. Saat itu, Jibril berbicara kepada Muhammad menyampaikan pesan dari Allah. Menurut keterangan Aisyah, Nabi Muhammad biasanya mengeluarkan keringat dingin yang begitu banyak saat dirinya menerima wahyu.
Saking mulianya Ramadan sebagai malam diturunkannya Al Quran, Allah memberikan lailatul qadar pada salah satu malam di bulan Ramadan. Pada malam itu, segala amal baik manusia memiliki nilai lebih baik dari 1000 bulan.