Kisah Surat Abasa yang Berisi Teguran Allah SWT Kepada Nabi Muhammad
Sebagai manusia biasa, Nabi Muhammad SAW juga pernah ditegur oleh Allah SWT lantaran memperlihatkan wajahnya yang masam. Riwayat ini menjadi asbabun nuzul dari Surat Abasa.
M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mishbah Jilid 15 menjelaskan bahwa kata “Abasa” yang dijadikan nama surat ini artinya ‘ia bermuka masam' atau ‘cemberut'. Selain “Abasa”, ada juga yang memberi nama surat ini dengan “As-Shakhkhah” (yang memekakkan telinga), “As-Safarah” (para penulis kalam ilahi), atau “Al-A'ma” (sang tuna netra).
Ahli tafsir Ibnu Al-Arabi dalam bukunya, Ahkam Al-Qur'an, menamakan surat ini dengan “Ibn Ummi Maktum” sebab awal surat ini berkaitan dengan kisah sahabat nabi yang buta.
Dijelaskan, pokok utama pembahasan surat ini mengenai pengajaran kepada Rasul SAW dalam membagi peringkat kepentingan supaya tidak mendahulukan sesuatu atas yang lainnya. Serta memberi isyarat perbedaan atas kondisi kaum musyrik yang berpaling dari petunjuk, dengan umat muslim yang menaruh perhatian besar terhadap Islam.
Surat Abasa berada di urutan ke-80 dalam mushaf Al-Qur'an, serta diyakini sebagai surat ke-24 dari segi turunnya wahyu. Surat ini disepakati sebagai golongan surat Makkiyah, dan terdiri dari 42 ayat.
Asbabun Nuzul Surat Abasa
Dikutip dari buku Asbabun Nuzul: Sebab Turunnya Ayat Al-Qur'an oleh Jalaluddin As-Suyuthi, terdapat riwayat dari Aisyah yang menjelaskan kisah di balik turunnya Surat Abasa ini.
Aisyah berkata, “Ayat (Surat Abasa ayat 1-2) ini diturunkan berkenaan dengan Ibnu Ummi Maktum, seorang sahabat yang buta matanya. Suatu hari, Ibnu Ummi Maktum datang kepada Rasulullah SAW seraya berkata, ‘Wahai Rasulullah, berilah saya nasihat.'
Bertepatan saat itu Rasulullah SAW tengah berbincang dengan seorang pembesar kaum musyrik. Rasulullah SAW lalu mengabaikan permintaan sahabat tersebut, sebaliknya beliau melanjutkan perbincangannya dengan pembesar musyrik tersebut.
Nabi Muhammad antara lain berkata kepada pembesar muyrik itu, ‘Apakah ada yang salah dari seruan saya?' Orang itu menjawab,'Tidak.'
Tidak lama berselang, turunlah ayat, “Dia (Muhammad) berwajah masam dan berpaling, karena seorang buta telah datang kepadanya (‘Abdullah bin Ummi Maktum). (Surat Abasa ayat 1-2)” (HR Tirmidzi)
Riwayat lebih lengkap mengenai asbabun nuzul Surat Abasa diuraikan dalam Tafsir Tahlili Kementerian Agama (Kemenag) Jilid 10. Diceritakan tentang Abdullah bin Ummi Maktum, anak paman Khadijah yang bermata buta. Juga termasuk seorang sahabat Muhajirin dari kalangan pertama pemeluk Islam.
Ia sering ditunjuk oleh Rasul SAW untuk menjadi sesepuh di kota Madinah setelah peristiwa hijrah, mengingami sholat, serta mengumandangkan adzan seperti sahabat Bilal bin Rabah.
Ketika di Makkah, saat Nabi SAW sedang sibuk menyerukan ajaran Islam kepada pembesar Quraisy. Beliau dengan kesungguhan hati mengajak mereka untuk memeluk Islam, dengan harapan jika mereka telah bergabung akan membawa pengaruh besar pada orang-orang bawahannya yang juga kelak menerima Islam.
Di antara pembesar Quraisy yang tengah beliau dakwahi adalah Utbah bin Rabi'ah, Syaibah bin Rabi'ah, Abu Jahal bin Hiysam, al-Abbas bin Abdul-Mutalib, Umayyah bin Khalaf, dan al-Walid bin al-Mugirah.
Tetapi saat beliau berdakwah kepada mereka, tiba-tiba datanglah Abdullah bin Ummi Maktum dan menyela pembicaraan beliau dengan ucapannya, “Ya Rasulullah, coba bacakan dan ajarkan kepadaku apa-apa yang telah diwahyukan oleh Allah kepadamu.”
Ia mengulangi ucapannya itu hingga beberapa kali ucapan itu diulanginya, sementara ia tidak mengetahui bahwa Nabi SAW sedang sibuk menghadapi para pembesar Quraisy lantaran matanya yang buta.
Mendengar Abdullah bin Ummi Maktum yang menyela dakwahnya itu, Rasul SAW merasa kurang senang terhadap perbuatannya yang seolah-olah mengganggu beliau dalam tablignya. Sehingga beliau menunjukkan muka masam dan berpaling dari padanya.
Allah SWT yang mengetahui demikian kemudian menyampaikan teguran kepada Nabi-Nya yang bersikap tidak acuh terhadap Abdullah bin Ummi Maktum. Maka turunlah ayat-ayat ini dalam surat ini.
Melalui Surat Abasa juga, Allah SWT mengingatkan Rasulullah Muhammad SAW bahwa bermuka masam dan memalingkan pandangan dari orang buta dapat menimbulkan perasaan tidak enak dalam hati mereka dan orang-orang fakir miskin lainnya. Padahal Nabi Muhammad SAW diperintahkan oleh Allah SWT supaya bersikap ramah terhadap mereka.