Dikisahkan pada suatu hari Rasulullah saw. saat berhijrah melewati tenda Umi Ma’bad seorang wanita yang telah berumur. Salah satu kebiasaan Umi Ma’bad adalah memberikan makanan dan minuman kepada orang-orang yang lewat. Rombongan Rasulullah saw. ingin membeli daging biri-birinya tetapi tidak punya uang. Nabi saw. kemudian melihat biri-biri ujung tenda wanita itu.
“Biri-biri apa, wahai Umu Ma’bad ?” tanya Rasulullah saw.
“Ini biri-biri betina yang lemah hingga ditinggalkan biri-biri jantan,” jawab Umi Ma’bad.
“Apakah biri-biri ini mempunyai air susu?” tanya Rasulullah saw.
“Biri-biri ini terlalu lemah untuk menghasilkan air susu,” jawab Umi Ma’bad.
“Bolehkah aku memerasnya,” tanya Rasulullah saw.
“ Apabila engkau anggap bisa diperas, maka peraslah,” ujar Umi Ma’bad.
Kemudian rasulullah mengusap putting biri-biri itu sambil berdoa. Lalu Rasulullah meminta tempat yang besar kemudian Rasulullah saw memeras. Ajaib susu keluar dengan deras dari biri-biri tersebut. Rasulullah saw. kemudian menyuruh Umi Ma’bad minum terlebih dahulu dilanjutkan dengan sahabat-sahabatnya.
Terakhir Rasulullah saw meminumnya dan kemudian meninggalkan tenda Umi Ma’bad.
Keajaiban tidak berhenti di situ. Umi Ma’bad berkisah bahwa biri-biri yang disentuh Rasulullah saw tidak pernah habis air susunya hingga zaman Khalifah Umar bin khatab. Padahal musim paceklik datang. Biri-biri itu selalu diperas air susunya tiap siang dan malam padahal di tanah tersebut tidak ada tanaman yang tumbuh.