Kisah Nabi Zakaria yang Dambakan Kehadiran Anak

Menukil buku Kisah Bapak dan Anak dalam Al-Qur'an terjemah Al-Aabaa wal Abnaa fil Qur'anil Karim karya Adil Musthafa Abdul Halim, Zakaria AS masih keturunan Nabi Daud AS juga putranya Nabi Sulaiman AS. Ia diutus oleh Allah SWT kepada Bani Israil untuk mengajak mereka menyembah-Nya.

Ia memiliki seorang istri bernama Iisya binti Faquuz, yang merupakan saudari Hannah binti Faquuz yakni ibu dari Siti Maryam. Istri Zakaria AS ini dikatakan mandul, lantaran hingga usianya renta belum dikaruniai anak.

Sebelumnya, Hannah juga tak kunjung memiliki keturunan. Tetapi suatu ketika Allah SWT mengabulkan doanya dan menjadikan janin dalam perutnya. Kemudian ia bernazar bahwa kelak ia akan menjadikan anaknya itu pelayan di rumah ibadah dan terus menyembah Allah SWT.

Saat Hannah melahirkan Maryam (ibunda Nabi Isa AS), kala itu suaminya Imran telah wafat sehingga banyak sesepuh dari kaumnya yang ingin mengurus Maryam. Adapun Imran adalah seorang ahli ilmu yang dihormati semasa hidupnya.

Setelah berbagai cara dan perdebatan dilalui dalam memilih orang yang tepat untuk mengasuh Maryam, akhirnya Zakaria AS yang terpilih. Selain itu, ia memanglah paman dari Maryam.

Bersama istrinya, Zakaria AS pun mulai merawat Maryam dari kecil hingga ia tumbuh menjadi gadis taat nan bertakwa kepada Allah SWT.

Nabi Zakaria AS Berdoa kepada Allah SWT

Melihat Maryam yang beliau asuh, Nabi Zakaria sebenarnya berharap bisa mempunya anak yang dapat mewarisi kenabian dan ilmunya, serta memberi petunjuk kepada kaumnya melalui wahyu yang diterima dari Allah SWT.

Nabi Zakaria terkadang mendatangi Maryam yang senantiasa berada di Bait Suci, tempatnya khusus untuk beribadah. Setiap kali kunjungannya ke sana, Zakaria AS kerap mendapati buah-buahan musim dingin padahal ketika itu tangan musim panas.

Zakaria AS pun bertanya kepada Maryam seperti yang tercantum dalam Surat Ali Imran ayat 37, “Hai Maryam dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?”

Maryam menjawab, “Makanan itu dari sisi Allah. Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab.” (QS Ali Imran: 37)

Dalam hati, Nabi Zakaria mengungkapkan, “Mahasuci Allah yang kuasa melakukan segala sesuatu.”

Kemudian ia diam-diam menanamkan harapan dalam hatinya untuk mendapatkan keturunan lantaran teringat akan rahmat-Nya dan segala yang dapat diperbuat-Nya. Lalu ia berdoa seperti dalam Surat Maryam ayat 4-6:

“Wahai Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah, kepalaku telah dipenuhi uban, dan aku tidak pernah kecewa dalam berdoa kepada-Mu, wahai Tuhanku. Sesungguhnya aku khawatir terhadap keluargaku sepeninggalku, sedangkan istriku adalah seorang yang mandul. Anugerahilah aku seorang anak dari sisi-Mu. (Seorang anak) yang akan mewarisi aku dan keluarga Ya'qub serta jadikanlah dia, wahai Tuhanku, seorang yang diridai.”

Dengan suara lirih ia memohon kepada Allah SWT. Ia juga menginginkan anaknya mampu mewarisi kenabian, kebijaksanaan, dan ilmu yang dimilikinya.

Allah SWT Mengaruniai Nabi Zakaria AS dengan Nabi Yahya AS

Tak lama, Allah SWT mengabulkan doa Nabi Zakaria. Ketika ia sedang melaksanakan sholat, malaikat menemuinya dengan membawa rahmat Allah SWT .

Dikabarkan kepadanya, “Hai Zakaria, sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu akan (datangnya) seorang anak yang namanya Yahya, yang sebelumnya Kami belum pernah menciptakan orang yang serupa dengan dia.” (QS Maryam: 7)

Zakariya AS berkata, “Ya Tuhanku, bagaimana akan ada anak bagiku, padahal istriku adalah seorang yang mandul dan aku (sendiri) sesungguhnya sudah mencapai umur yang sangat tua?” (QS Maryam: 8)”

Ia terheran karena akan memiliki anak di usianya sudah renta dan istrinya yang juga dalam kondisi mandul.

Allah SWT berfirman seperti dalam Surat Maryam ayat 9, “Demikianlah. Hal itu adalah mudah bagi-Ku dan sesungguhnya telah Aku ciptakan kamu sebelum itu, padahal kamu (di waktu itu) belum ada sama sekali.”

Kemudian malaikat menjelaskan kepadanya bahwa semua itu merupakan kehendak-Nya, dan kehendak Allah pasti akan terlaksana. Tidak ada hal yang sulit bagi-Nya.

Hati Nabi Zakaria dipenuhi rasa syukur, pujian, dan pemuliaan terhadap Allah SWT. Lalu beliau memohon kepada-Nya agar ditunjukkan tanda bahwa beliau memang benar-benar akan memiliki anak.

Zakaria AS berujar, “Ya Tuhanku, berilah aku suatu tanda.”

Allah SWT berfirman, “Tanda bagimu ialah bahwa kamu tidak dapat bercakap-cakap dengan manusia selama tiga malam, padahal kamu sehat.” (QS Maryam: 11)

Ketika itu benar dialami olehnya, Nabi Zakaria semakin yakin bahwa istrinya tengah hamil di mana mukjizat Allah SWT telah terlaksana. Kemudian ia bersujud dan melaksanakan sholat sebagai ungkapan syukurnya yang telah memperkenankan doanya dengan mengaruniakan Yahya AS.