Nabi Ismail adalah putra dari Nabi Ibrahim. Saat Ismail remaja, Nabi Ibrahim mendapat ujian sangat berat dari Allah SWT yakni perintah menyembelih anak kesayangannya itu. Ibrahim ikhlas menjalankan perintah itu, hingga akhirnya Allah menggantikannya dengan seekor domba.
Ismail lahir dari pernikahan Ibrahim dengan Siti Hajar. Mulanya, Ibrahim menikah dengan Sarah, namun sudah bertahun-tahun belum memiliki keturunan. Sementara Ibrahim ingin sekali memiliki anak untuk meneruskan dakwahnya.
Sarah menyadari dirinya mandul. Ia akhirnya menyerahkan budaknya Hajar agar dinikahi oleh Nabi Ibrahim. Setelah menikah, Hajar hamil kemudian melahirkan bayi laki-laki diberi nama Ismail.
Saat Ismail masih bayi, Nabi Ibrahim kemudian dapat perintah dari Allah agar pergi sekaligus membawa Hajar dan anaknya ke Hijaz, lembah tandus yang kini dikenal sebagai Makkah. Mereka pun menempuh perjalanan ribuan kilometer menuju Hijaz.
Tak lama di Hijaz, Nabi Ibrahim kembali dapat perintah dari Allah untuk kembali ke Syam atau Palestina. Dengan hati yang berat, Ibrahim meninggalkan istri dan anaknya di lembah yang kala itu masih belum ada penduduknya.
Saat Ibrahim sudah mulai berjalan, Siti Hajar menangis mengejar dan memegang baju suaminya sambil berkata, “Wahai Ibrahim, kamu mau pergi kemana? Apakah kamu (tega) meninggalkan kami di lembah yang tidak ada seorang manusia dan tidak ada sesuatu apa pun ini?”
Dikutip dari beberapa sumber, saat itu Siti Hajar terus mengulang-ulang pertanyaannya berkali-kali, tapi Ibrahim bergeming.
Akhirnya Hajar bertanya “Apakah Allah yang memerintahkan kamu atas semua ini?”
“Ya,” jawab Ibrahim.
“Kalau begitu, Allah tidak akan menelantarkan kami,” kata Hajar lagi.
Hajar pun mencoba mengikhlaskan Ibrahim pergi. Ia pun terus berjalan hingga sampai pada sebuah bukit, Ibrahim kemudian menghadap ke arah lokasi Kakbah sekarang sambil mengangkat tangan, berdoa untuk Ismail dan Hajar sebagaimana diabadikan dalam Alquran Surah Ibrahim ayat 37.
“Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati. Ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan sholat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.”
Siti Hajar dan Ismail hidup dengan bekal seadanya di tengah lembah gersang. Persediaan air pun habis. Ismail menangis kehausan, Hajar panik lalu membiarkan anaknya terbaring di tanah untuk mencari air.
Hajar mendatangi Shafa, bukit yang paling dekat dengan posisinnya saat itu. Ia berdiri di sana lalu melihat ke arah lembah dengan harapan ada orang yang bisa diminta bantuan, tapi nihil. Dari kejauhan terlihat fatamorgana menyerupai air.
Hajar lalu turun dari Shafa menyingsingkan ujung pakaiannya lalu berlari melewati lembah hingga sampai di bukit Marwah. Sampai di sana, ia berdiri melihat tidak ada bayangan air yang terlihat tadi. Sementara orang juga nihil.
Ia akhirnya turun lagi dari Marwah berlari ke Shafa. Ia terus bolak balik hingga tujuh kali antara Shafa dan Marwah.
Saat berada di puncak Marwah di tengah kelelahan dan hampir putus asa, Hajar mendengar ada suara. Ia akhirnya menuju ke arah Ismail. Betapa kagetnya ia melihat ada air yang muncul dari tanah yang digesek Ismail dengan tumitnya.
Riwayat lain menyebutkan saat itu malaikat Jibril ikut mengais tanah dengan sayapnya di dekat Ismail hingga air pun keluar memancar. Air inilah yang kemudian disebut zamzam, air tebaik di muka bumi yang belum pernah kering. Zamzam artinya banyak atau melimpah.
Jibril berkata, “janganlah kamu takut ditelantarkan, karena di sini adalah rumah Allah, yang akan dibangun oleh anak ini dan ayahnya dan sesungguhnya Allah tidak akan menyia-nyiakan hamba-Nya.”
Hajar dan Ismail kemudian meminum air itu. Dari sumber itulah, keduanya bertahan di Hijaz.
Saat Ismail sudah remaja, Nabi Ibrahim kembali ke Hijaz menemui istri dan anaknya. Suatu malam, ia bermimpi diperintahkan oleh Allah menyembelih anak kesayangannya itu.
Ibrahim menyampaikan mimpinya itu ke Ismail. Ismail meminta ayahnya melaksanakan perintah. Ia siap dikurbankan kalau atas suruhan Allah.
Ibrahim membawa Ismail ke sekitar Mina. Dalam perjalanan sempat tiga kali digoda syaitan, tapi Ibrahim teguh dengan perintah Tuhan. Tiba di sebuah lokasi, Ismail langsung ambil posisi siap disembelih. Ibrahim pasrah karena Allah dan meletakkan pisau di leher sang anak.
Tiba-tiba Allah mengutus malaikat Jibril dan memberikan seekor domba kepada Nabi Ibrahim dan Ismail, disertai perintah untuk mengorbankannya. Akhirnya Nabi Ismail selamat, Nabi Ibrahim memotong domba itu. Peristiwa ini kemudian diabadikan dalam Alquran dan menjadi hukum ibadah kurban.
Setelah berkuban, Allah memerintah Ibrahim bersama Ismail membangun Kakbah di atas pondasi yang sudah ada sejak dulu. Keduanya pun mencari batu-batu lalu menyusunnya. Lalu, turun perintah berhaji.
Ibrahim memiliki dua orang anak yang kemudian diangkat menjadi nabi Allah. Selain Ismail, adalah Nabi Ishaq yang lahir dari Sarah.
Nabi Ishaq tinggal di Syam dan menjadi cikal-bakal bangsa Yahudi. Sedangkan Nabi Ismail menetap di Hijaz. Dari keturunannyalah lahir Nabi Muhammad SAW, rasul terakhir dan penutup risalah kenabian.