Kisah Kunjungan Khalifah Umar ke Rumah Gubernur Syam

Khalifah Umar diundang oleh penguasa Jerussalem untuk melakukan penyerahan kota secara simbolis, Dia pun segera berangkat ke Jerusalem dengan ditemani pembantunya, Aslam. Sebelum memasuki Jerussalem, dia singgah terlebih dahulu dl Damaskus.

Begitu sampai dl Damaskus, beberapa pimpinan pasukan ditemani oleh para penguasa kota menjemput kedatangan Khalifah Umar. Khalifah Umar sangat bahagia dapat berjumpa dengan mereka. Tapi dia merasa aneh, dia tidak menjumpai Abu Ubaidah bin Jarrah ikut serta dalam penyambutan itu.

Beberapa saat lalu, setelah kota Syam dapat dibebaskan oleh pasukan muslimin. Khalifah Umar menunjuk Abu Ubaidah selaku panglima tertinggi pasukan muslim bagian Syam untuk menjadi gubernur Syam.

Khalifah Umar penasaran dengan apa yang sedang dilakukan panglima besarnya itu, Dia bertanya, “Di mana saudaraku?”

Para pimpinan pasukan tidak paham orang yang dimaksud oleh Khalifah Umar, mereka bertanya “Sapa dia wahai Amirul Mukminin.”

Dia adalah Abu Ubaidah bin Jarrah.” Jawab Khalifah Umar.

*Oh, dia akan datang sekarang.” Jawab para pimpinan pasukan iu.

Tepat saat itu juga Abu Ubaidah datang dengan menaiki seekor unta. “Assalamu ‘alaikum wahai Amirul Mukminin.”

“Wa'alaikum sala.” Ucap Khalifah Umar seraya memeluk bahagia panglima besarnya itu.

Abu Ubaidah meminta maaf kepada Khalifah Umar karena keterlambatannya. Khalifah Umar tersenyum dan memaafkan Abu Ubaidah,

Setelah berbicara mengenai bebarapa masalah, Khalifah Umar berkata kepada Abu Ubaidah, “Mari kita pergi ke rumahmu!”

Abu Ubaidah tekejut mendengar perintah Khalifah Umar. Dia berkata, “Apa yang Anda inginkan dari saya wahai Amirul Mukminin?”

“Sudahlah, ayo kita pergi ke rumahmu!” Tegas Khalifah Umar.

“-Saya yakin- Anda tidak menginginkan apa-apa kecuali memeras air mata Anda untuk saya.” Jawab Abu Ubaidah.

Setelah mendapat persetujuan dari Abu Ubaidah. Khalifah Umar bersiap pergi ke rumah Abu Ubaidah. Dia menoleh ke kerumunan orang~orang yang dari tadi mengelilinginya dan berkata, ’’Pergilah kalian dari kami.”

Para pemimpin pasukan dan para pembesar kota segera pergi. Mereka tidak mau mengganggu Khalifah Umar yang baru saja tiba dari Madinah.

Khalifah Umar dan Abu Ubaidah segera pergi menuju tempat tinggal Abu Ubaidah yang terletak tak terlalu jauh dari tempat pertemuan. Begitu sampai, Abu Ubaidah segera membukakan pintu dan mempersilahkan Khalifah Umar masuk dan beristirahat.

Khalifah Umar melihat dengan detail isi rumah Abu Ubaidah. Ruangan itu begitu sederhana, tak ada satu pun perabotan rumah tangga yang diletakkan di dalam ruangan itu kecuali tumpukan bulu, sebuah piring besar, dan wadah kecil yang terbuat dari kulit.

Khalifah Umar terharu melihat keadaan rumah Abu Ubaidah. Dia pun berkata, Mana perkakas rumah dan harta bendamu wahai Abu Ubaidah? Aku tidak melihat apa pun kecuali tumpukan bulu, sebuah piring besar dan wadah kecil yang terbuat dari kulit. Kau itu seorang gubernur, apakah kau mempunyai makanan?”

Tanpa menjawab pertanyaan Khalifah Umar, Abu Ubaidah berdiri dan pergi ke pojok ruangan. Di pojok ruangan itu terdapat sebuah keranjang yang berisi remukan roti. Dia mengambil sebagian isinya, dan menunjukkannya kepada Khalifah Umar. Melihat itu, Khalifah Umar tak kuasa menahan tangisannya.

“Sudah saya katakan kepada Anda bahwa Anda akan memeras kedua mata Anda karena saya wahai Amirul Mukminin. Sesungguhnya kabar yang diberikan deh Maqil untuk Anda itu sudah cukup” Hibur Abu Ubaidah menenangkan Khalifah Umar.

Khalifah Umar menyela air matanya dan berujar “Dunia membuat kami semua berubah, kecuali dirimu Wahai Abu Ubaidah. Sungguh demi Allah, ini adalah zuhud yang murni. Tidaklah dikatakan zuhud seseorang yang faqir lagi tidak memiliki apa-apa.”