Kisah Kerajaan-Kerajaan Kecil Andalusia di Masa Kritis

Saat Muluk at-Thawaif /Kerajaan-Kerajaan Kecil Andalusia di masa kritis, para ulama fikih dan politisi Islam di berbagai dinasti telah memiliki kesadaran akan nasib dinastinya. Mereka sering berkumpul dan berdiskusi mengenai apa yang mesti dilakukan untuk menyelamatkan kerajaan Islam di Andalusia dari jajahan kerajaan Kristen. Permohonan bantuan dari kerajaan Kristen yang kerap dilakukan oleh para pemimpin di dinasti Islam ternyata menjadi bumerang tersendiri. Pada akhirnya, kaum muslim menjadi terjajah di wilayahnya sendiri.

Setelah beberapa kali para pemimpin dinasti Islam mengadakan konsolidasi dengan kerajaan Kristen, mereka justru diserang balik oleh para raja di kerajaan Kristen di wilayah Spanyol tersebut. Diam-diam para raja yang dimintai bantuan menyimpan maksud terselebung dalam membantu mereka. Jelaslah, para raja Kristen ini memanfaatkan momentum untuk merebut dan menjajah wilayah Islam. Mereka menetapkan upeti kepada kaum muslim meski mereka tinggal di wilayahnya sendiri. Saat itu kerajaan Islam sudah lemah secara militer dan politik. Sehingga mereka tak punya banyak pilihan selain membayar upeti. Jika tidak, mereka akan diserang bertubi-tubi oleh pasukan Kristen.

Para politisi dan ulama akhirnya berunding lagi dan memutuskan untuk menemui al-Qadhi Abdullah bin Muhammad bin Adham di Cordoba untuk meminta nasihat. Ia adalah seorang Qadhi dari Cordoba. Mulanya mereka menyampaikan usul untuk menghubungi orang-orang Arab Afrika untuk meminta bantuan atas apa yang terjadi di Andalusia. Tetapi al-Qadhi khawatir hal serupa akan terjadi lagi pada kerajaan Islam di Andalusia jika mereka memohon bantuan kepada bangsa Arab di Afrika. Al-Qadhi menyarankan untuk memohon bantuan kepada kaum Murabithun.

Para ulama mengusulkan agar segera mengirim surat kepada Yusuf bin Tasyfin , pimpinan Murabithun agar segera menemui para pemimpin di Andalusia. Al-Qadhi perlu merundingkannya lagi dengan pemimpin Andalus yang lainnya. Karena al-Mutamid saat itu tidak hadir, ia akhirnya menyampaikan hasil musyawarah dengan para pimpinan. Al-Mu’tamid memerintahkan al-Qadhi agar menemui Yusuf bin Tasyfin tetapi ia menolak. Tetapi dengan tegas al-Mu’tamid memohon agar al-Qadhi yang menjadi utusan untuk menyampaikan maksud.

Akhirnya ditemani oleh salah seorang sahabat bernama Abu Bakar al-Qashiroh al-Katib, al-Qadhi datang menemui Yusuf bin Tasyin yang sedang berada di kota Ceuta. Mereka menyampaikan maksud memohon bantuan dengan menceritakan bahwa kaum muslim di Andalusia sangat terjajah dan dirundung rasa takut karena kerajaan Kristen terutama Araja Alfonso VI yang terus menerus melakukan penjajahan.

Sebenarnya upaya untuk memohon bantuan kepada Yusuf bin Tasyfin sudah dilakukan oleh beberapa pemimpin dinasti Islam. Salah satunya adalah al-Mutawakkil ‘alallah bin al-Afthos, penguasa Badajoz. Beliau pun selalu membalas surat dengan berjanji akan membantu menyelamatkan. Tetapi, Yusuf bin Tasyfin selalu terhalang untuk bertolak ke Andalusia karena dua hal. Yaitu ia tidak menguasai beberapa wilayah yang mesti ia lewati menuju Andalusia. Salah satunya adalah kota Ceuta yang menjadi jalur utama menuju Andalusia. Sedangkan wilayah Ceuta dikuasai oleh orang-orang Bargota. Kemudian ia tak mungkin menuju Andalusia tanpa melewati Sevilla dan Granada. Dikhawatirkan ia dan pasukannya akan dituduh sebagai penyerang saat hendak bertolak ke Badajoz, misalnya.

Surat yang berasal dari al-Mu’tamid, pimpinan Sevilla menjadi pembuka baginya untuk menuju Andalusia. Yusuf bin Tasyfin kemudian mengerahkan pasukan untuk menaklukkan Ceuta terlebih dahulu. Setelah berhasil, ia mempersiapkan pasukan dan logisitik sambil menunggu datangnya utusan dari Ibnu Abbad. Berangkatlah ia menuju Andalusia.

Saat perjalanan ia menghadapi badai besar meski akhirnya ia dan pasukannya selamat. Di sinilah mulai muncul pertempuran yang disebut pertempuran Zalaqqah sebuah wilayah di utara kawasan Eropa. Pasukan yang dibawa oleh kaum Murabithun untuk menyarang pasukan Kristen adalah pasukan yang terdiri dari penduduk Cordoba, Sevilla dan Badajoz sehingga mencapai 30.000 anggota. Pertempuran ini dimenangkan oleh kaum muslim.