Nama ‘Muhammad' merupakan pemberian dari sang kakek, Abdul Muthalib. Ketika lahir di dunia, bayi yang kelak menjadi utusan Allah SWT dinamai Muhammad bin Abdullah. Uniknya, nama itu tidak berasal dari sang ayah, Abdullah, melainkan dari sang kakek, Abdul Muthalib.
Nama ‘Muhammad' baru muncul 14 abad lalu. Tepatnya pada 570 Masehi. Selain baru, nama ini juga asing dalam tradisi Arab kala itu. Di zaman itu, masyarakat Arab kerap menamai anak-anak mereka dengan nama-nama berhala. Contohnya seperti Abdul Lat, Abdul Uzza, dan lain-lain. Tetapi, Abdul Muthalib tidak mengikuti tradisi ini. Sang kakek itu justru memilih nama Muhammad untuk cucunya.
Suatu hari, Abdul Muthalib menggendong cucunya yang baru lahir untuk masuk Kabah. Di dalamnya, dia menjalankan ritual tertentu di dalamnya. Ketika selesai dan keluar Kabah, Abdul Muthalib disambut oleh orang-orang yang berkerumun. Mereka bertanya mengenai nama si bayi, dan Abdul Muthalib menjawabnya dengan ” Muhammad” .
Tidak puas, mereka kembali bertanya mengapa nama Muhammad yang dipilih. Sebab, nama itu terdengar asing bagi mereka.
“Aku ingin ia (Muhammad) dipuji semua orang,” kata Abdul Muthalib.
* Kisah ini tercantum dalam kitab Kasyifatus Saja . Berdasarkan kisah tersebut, Abdul Muthalib sangat ingin cucunya dipuji baik di bumi maupun di langit. Kisah serupa juga terdapat dalam kitab An Nahjah As Sawiyyah fi Al Asma' An Nabawiyyah. Dalam kitab itu, disebutkan Abdul Muthalib sangat berharap cucunya mendapat pujian dari langit, disegani, akhlak dan perilakunya menjadi teladan umat manusia.