Kisah Sindiran Halus Abu Nawas ke Baginda Raja
Dikisahkan pada suatu hari, ketika Baginda Raja Harun Ar-Rasyid sedang melintasi Kota Kuffah dan hendak menunaikan ibadah haji, beliau tiba-tiba teringat sosok si cerdik Abu Nawas. Dengan demikian, Baginda Raja Harun bermaksud untuk mendatangkan Abu Nawas.
Namun sebelumnya, Baginda Raja Harun berpesan kepada pengawalnya untuk memberi pakaian berwarna hitam dan celanan panjang yang diletakkan di atas kepala Abu Nawas. Karena tidak mau membantah perintah rajanya, para pengawal itu bergegas mencari Abu Nawas.
Setelah mencari kesana-kemari, akhirnya para pengawal itu menemukan Abu Nawas. Mereka kemudian meminta Abu Nawas datang menghadap Baginda dengan mengenakan pakaian hitam dan celanan panjang yang ditaruh di atas kepalanya.
Begitu sampai dihadapan rajanya, Abu Nawas berkata,
“Wahai Paduka Raja yang mulia, aku memohon kepada Allah SWT semoga Allah SWT memberikan rezeki dan melapangkan anugerah-Nya kepada tuanku,” kata Abu Nawas.
“Terimakasih Wahai Abu Nawas…” jawab baginda.
Setelah kejadian tersebut, Baginda Raja Harun Ar-Rasyid pergi meninggalkan Kota Kuffah dan melanjutkan perjalanannya. Akan tetapi, kedatangan Abu Nawas ternyata membuat banyak penduduk Kuffah heran dengan tingkahnya itu. Para masyarakat setempat justru mendoakan Baginda Raja Harun Al-Rasyid sambil menaruh celana panjang di atas kepalanya.
“Wahai Abu Nawas, kenapa engkau mendoakan Amirul Mukminin dengan cara seperti itu,” tanya beberapa warga penasaran.
“Wahai semuanya, celakalah kalian semua. Tidak ada yang lebih disukai oleh Amirul Mukminin kecuali harta dan uang,” jawab Abu Nawas dengan tegas.
Setelah berkata seperti itu, Abu Nawas segera meninggalkan tempat tersebut.
Akan tetapi, pada saat itu, rupanya ada seorang warga yang menggodok perkataaan Abu Nawas itu dan melaporkannya kepada Baginda Raja. Begitu laporan tersebut sampai ke telinga Baginda, namun tak disangka-sangka, Baginda Raja justru berkata seperti ini,
“Demi Allah, ia tidak berdusta, Abu Nawas berkata benar,”
Setelah mendengar penjelasan dari Rajanya, pelapor tersebut justru menjadi sangat malu. Karena apa sesungguhnya yang disampaikan Abu Nawas hanyalah sebuah kritik terhadap pemimpin negeri. Wallahu A'lam Bishawab. []