Kisah Kekuatan Doa Hannah Ibunda Siti Maryam untuk Sang Putri
Nama-nama dalam al-Qur’an telah menonjolkan sejumlah fase sejarah manusia. Karena itu ditemukan beberapa nama diabadikan didalamnya baik nama laki-laki, perempuan, nama tempat, bangsa kabilah bahkan nama agama. Namun ada satu nama yang kerap disebut dalam al-Qur’an yaitu Maryam. Keutamaan Maryam ini disebutkan dalam surat Ali Imran ayat 42
وَإِذْ قَالَتِ الْمَلَائِكَةُ يَا مَرْيَمُ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَاكِ وَطَهَّرَكِ وَاصْطَفَاكِ عَلَى نِسَاءِ الْعَالَمِينَ (42)
“ Dan (Ingatkanlah) ketika malaikat (Jibril) berkata: “Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, mensucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu).” (Q.S Ali Imran: 42)
Beliau merupakan keturunan keluarga Imran. Sebuah kehormatan tersendiri keluarga ini disebutkan dalam al-Qur’an. Terlebih nama Maryam yang kerap sekali disebutkan dalam al-Qur’an. Kehebatan perempuan ini tak terlepas dari kekuatan doa yang luar biasa dari sang ibu. Beliau adalah Hannah. (Baca: Belajar Tegar Menghadapi Cercaan dari Maryam binti Imran; Ibunda Nabi Isa )
Nama lengkapnya adalah Hannah binti Faqud. Beliau adalah istri Imran bin Matsan. Nenek dari Isa bin Maryam. Hannah adalah seorang wanita shalihah yang taat terhadap suaminya. Dalam kitab al-Bidayah wa al-Nihayah disebutkan bahwa beliau adalah sosok perempuan ahli ibadah. Beliau tumbuh di rumah ahli ibadah yang selalu menjaga kehormatan dan ketaatan kepada Allah. Selain itu, beliau juga taat kepada suaminya.
Beliau tinggal bersama suaminya di gunung Hibran yang tak jauh dari al-Quds yang ada di negeri Palestina. Suaminya berasalah dari keturunan nabi Daud. Imran juga berasal dari Bani Israil, kaum terpandang yang senantiasa menghormati tempat ibadah mereka.
Dikisahkan dalam kitab Tarikh Dimashq bahwa suatu hari beliau duduk di bawah pohon al-Mawalih yang cukup popular di wilayah Palestina. Kemudian ada seekor burung yang sedang memberi makan anaknya. Hal ini terbesit dalam hati Hannah untuk memiliki keturunan. Namun keinginan itu belum dikabulkan oleh Allah. Mereka diberikan kesabaran dalam menghadapi ini.
Selang beberapa waktu, Allah mengabulkan doa Hannah. Detak janin mulai terasa di dalam perutnya. Setelah mendengar kehamilan tersebut, beliau mengabarkan kabar gembira ini untuk suaminya Mereka sangat bersyukur akan pemberian Allah ini. Tak henti-hentinya mereka memuji kepada Allah dan menambah ketakwaanya. Suatu hari, beliau pergi ke al-Quds dan berdoa
إِذْ قَالَتِ امْرَأَتُ عِمْرَانَ رَبِّ إِنِّي نَذَرْتُ لَكَ مَا فِي بَطْنِي مُحَرَّرًا فَتَقَبَّلْ مِنِّي إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ (35)
“ Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang shaleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). Karena itu terimalah (nazar) itu dari padaku. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui .”
Allah mempunyai kehendak lain, ajal menjemput suaminya sebelum masa kelahiran anaknya. Atas kejadian ini beliau sangat sedih atas wafatnya Imran. Akan tetapi, beliau senantiasa bersabar menemani jani yang dikandungnya. Hari kelahirannya kini telah tiba, semua diluar dugaan. Hannah mengira akan melahirkan anak perempuan namun Allah mengkaruniai beliau anak laki-laki. Beliau terpukul sebab kaum Bani Israil tak biasa memasrahkan kepercayaan mereka untuk mengurus Baitul Maqdis kecuali pada anak laki-laki. Hannah berfikir bahwa mereka akan menolak anak perempuannya yang telah dihibahkan oleh keluarganya.
Hanah selalu berdoa memohon kepada Allah seraya mengucap syukur atas apa yang terlah dikaruniai untuknya.
إِذْ قَالَتِ امْرَأَتُ عِمْرَانَ رَبِّ إِنِّي نَذَرْتُ لَكَ مَا فِي بَطْنِي مُحَرَّرًا فَتَقَبَّلْ مِنِّي إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ (35) فَلَمَّا وَضَعَتْهَا قَالَتْ رَبِّ إِنِّي وَضَعْتُهَا أُنْثَى وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِمَا وَضَعَتْ وَلَيْسَ الذَّكَرُ كَالْأُنْثَى وَإِنِّي سَمَّيْتُهَا مَرْيَمَ وَإِنِّي أُعِيذُهَا بِكَ وَذُرِّيَّتَهَا مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ (36)
“ Ya Tuhanku, sesungguhnya aku melahirkannya seorang anak perempuan dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya aku telah menemani dia Maryam dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau dari godaan setan yang terkutuk.” (Q.S Ali Imran : 35-36).
Setelah Hannah memanjatkan doa kemudian terpancar cahaya seperti halnya ketika beliau bernadzar di Mihrab Baitul Maqdis. Beliau mulai menerima kelahirannya putrinya. Sebagai wujud syukurnya, beliau akan melaksanakan nadzar tersebut.
Melihat hal ini, Hannah langsung membawanya ke Baitul Maqdis dan langsung disambut gembira oleh para pendeta seraya berkata: “ Ambilah nadzar Maryam bin Imran ini. Kini ia sudah menjadi saudara perempuan kalian dalam melayani dan menjaga Baitul Maqdis.” Hal ini menunjukkan bahwa orang-orang telah menerima Maryam. Mendengar itu, Hannah merasa lebih lega meninggalkan putrinya.
Dalam kitab A’lam al-Qur’an diceritakan bahwa usia Hannah adalah 60 tahun ketika mengandung putrinya. Kemudian wafat saat Maryam berusia sepuluh tahun.