Kisah Abu Bakar Ash Shiddiq Tidak Dihisab di Akhirat
Imam Muhammad Bin Abu Bakar tidak memperpanjang bahasannya dalam hadits yang keempat belas. Beliau hanya menuturkan hadits nabi tentang perhitungan amal di akhirat dan satu hikayat. Hadits Keempat Belas dalam Kitab Al-Mawaidh Al-Ushfuriyah ini diriwayatkan dari Sayyidina Anas Bin Malik ra. Hadits ini memuat percakapan Nabi Muhammad Saw. dengan Malaikat Jibril As.
Pada suatu saat, Nabi Muhammad Saw. jalan-jalan bersama Malaikat Jibril as. Beliau Saw. bertanya sesuatu padanya. Beliau bertanya tentang perhitungan amal umatnya,
هل على امتي حساب
Apakah umatku juga dihisab kelak di akhirat?
Malaikat Jibril As. menjawab,
نعم عليهم حسابهم غير ابي بكر رضي الله تعالى عنه ليس عليه حساب يقال له يا ابا بكر ادخل الجنة قال لا ادخل الجنة حتى يدخل من احبني في دار الدنيا
Iya, mereka akan dihisab juga. Kecuali Abu Bakar Ra., ia terbebas dari hisab. Kelak ia langsung disuruh masuk surga. Tapi ia menolak. Ia berkata, saya tidak mau masuk surga sampai orang-orang yang mencintaiku di dunia juga masuk surga.
Artinya, semua orang, baik yang kaya atau yang miskin, pejabat atau rakyat, kiai atau santri, yang mati muda atau mati tua, laki-laki atau perempuan, semuanya akan dihisab. Yaitu amal mereka akan ditampakkan oleh Allah Swt.
Semua amal mereka akan terhitung tanpa ada sedikitpun yang tertinggal. Sejak zaman Nabi Adam As. sampai masa Nabi Muhammad Saw. Kecuali orang-orang tertentu, seperti halnya Sayyidina Abu Bakar ra. yang memiliki jaminan surga langsung dari Allah Swt.
Dalam hal ini, Allah Swt. berfirman,
اِنَّ اِلَيْنَآ اِيَابَهُمْ *** ثُمَّ اِنَّ عَلَيْنَا حِسَابَهُمْ
Sungguh, kepada Kamilah mereka kembali, kemudian sesungguhnya (kewajiban) Kamilah membuat perhitungan atas mereka. (Qs. Al-Ghasyiyah (88) : 25-26)
Dalam Tafsir Jalalain (j. 2 h. 449) dijelaskan bahwa manusia setelah mati akan dikembalikan lagi kepada Sang Pencipta. Mereka akan diproses (hisab) sesuai amal waktu hidup. Balasan dari Allah Swt. untuk makhluk-Nya adalah sesuatu yang pasti. Tidak mungkin Dia melupakan atau meninggalkannya.
Allah Swt. juga berfirman dalam Qs. Ghafir (40) :17,
اَلْيَوْمَ تُجْزٰى كُلُّ نَفْسٍۢ بِمَا كَسَبَتْ ۗ لَا ظُلْمَ الْيَوْمَ ۗاِنَّ اللّٰهَ سَرِيْعُ الْحِسَابِ
Pada hari ini setiap jiwa diberi balasan sesuai dengan apa yang telah dikerjakannya. Tidak ada yang dirugikan pada hari ini. Sungguh, Allah sangat cepat perhitungan-Nya.
Dalam Tafsir Jalalain (j. 2 h. 385), Imam Jalaluddin As-Suyuthi menjelaskan bahwa semua makhluk akan dihisab selama setengah hari dari hari-hari di dunia. Artinya, tidak ada satupun makhluk yang tidak dihisab oleh Allah Swt., kecuali orang-orang tertentu yang dikehendaki-Nya tanpa hisab. Allah Swt. berfirman dalam Qs. Az-Zumar (39) : 10,
قُلْ يٰعِبَادِ الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوْا رَبَّكُمْ ۗلِلَّذِيْنَ اَحْسَنُوْا فِيْ هٰذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ ۗوَاَرْضُ اللّٰهِ وَاسِعَةٌ ۗاِنَّمَا يُوَفَّى الصّٰبِرُوْنَ اَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ
Katakanlah (Muhammad), “Wahai hamba-hamba-Ku yang beriman! Bertakwalah kepada Tuhanmu.” Bagi orang-orang yang berbuat baik di dunia ini akan memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu luas. Hanya orang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahalanya tanpa batas.
Imam Jalaluddin As-Suyuthi menafsiri akhir ayat tersebut dengan kalimat “ Bighairi mikyalin wala mizanin”. Artinya ada orang-orang tertentu yang tidak melalui hisab dan mizan. (Lihat Tafsir Jalalain, j. 2 h. 379)
Bukan hanya terbebas dari hisab, Sayyidina Abu Bakar Ra. langsung dipersilahkan untuk memasuki surga. Namun beliau menolak sampai orang-orang yang mencintainya juga masuk ke surga.